Cari Blog Ini

Senin, 13 Juni 2011

LAFADZ NIAT PUASA SUNNAH


Dibawah ini adalah lafadz niat puasa sunnah. bagi siapa saja yang mau mengamalkannya semoga Allah memberi balasan dan memberi jalan keluar dari semua kesulitan dalam hidup ini, dan semoga kita senantiasa mendapatkan Taufiq dan hidatahNya, amin. amin amin


Lafadz



  1. Niat Puasa Senin – Kamis

نويت صوم يوم الاثنين سنة لله تعالى
" NAWAITU SAUMA YAUMUL ISNAIN SUNNATAN LILLAHI TA'ALA


“ Saya niat puasa hari Senin, Sunnah karena Allah ta’ala.”

نويت صوم يوم الخميس سنة لله تعالى
NAWAITU SAUMA YAUMUL KHOMIS SUNNATAN LILLAHI TA'ALA


“ Saya niat puasa hari Kamis, sunnah karena Allah ta’ala.”

  1. Niat Puasa Daud
نويت صوم داود سنة لله تعالى
NAWAITU SAUMA DAWUD SUNNATAN LILLAHI TA'ALA



“ Saya niat puasa Daud , sunnah karena Allah ta’ala

  1. Niat Puasa Hari-hari Putih .

نويت صوم ايام البيض سنة لله تعالى
NAWAITU SAUMA AYYAMI BIDH SUNNATAN LILLAHI TA'ALA
“ Saya niat puasa pada hari-hari putih , sunnah karena Allah ta’ala.”

  1. Niat Puasa Bulan Muharram (Puasa ’Asyura)

نويت صوم عشر سنة لله تعالى
“ Saya niat puasa hari ’Asyura , sunnah karena Allah ta’ala.”

  1. Niat Puasa Bulan Rajab

نويت صوم شهر رجب سنة لله تعالى
NAWAITU SAUMA SYAHRI RAJAB LILLAHI TA'ALA
“ Saya niat puasa bulan Rajab , sunnah karena Allah ta’ala.”

  1. Niat Puasa Sya’ban

نويت صوم شهر شعبان سنة لله تعالى
“ Saya niat puasa bulan sya’ban , sunnah karena Allah ta’ala.”

  1. Niat Puasa Syawwal

نويت صوم شهر شوال سنة لله تعالى
NAWAITU SAUMA SYAHRI SYAWWAL SUNNATAN LILLAHI TA'ALAH
“ Saya niat puasa bulan Syawwal , sunnah karena Allah ta’ala.”

  1. Niat Puasa Bulan Dzulhijjah (Puasa Tarwiyah & ‘Arafah).

نويت صوم ترويه سنة لله تعالى
NAWAITU SAUMA TARWIYAH SUNNATAN LILLAHI TA'ALAH
“ Saya niat puasa Tarwiyah, sunnah karena Allah ta’ala.”

نويت صوم عرفة سنة لله تعالى


NAWAITU SAUMA ARAFAH SUNNATAN LILLAHI TA'ALAH
“ Saya niat puasa Arafah , sunnah karena Allah ta’ala.”


" MOHON MAAF BILA ADA KESALAHAN TULISAN "

Jumat, 03 Juni 2011

Pengertian Dan Tata Cara Sholat Yang Benar

Pengertian Dan Tata Cara Sholat Yang Benar; Dua Dimensi Shalat
Oleh: DR. Amir Faishol Fath

Shalat adalah ibadah yang terpenting dan utama dalam Islam. Dalam deretan rukun Islam Rasulullah saw. menyebutnya sebagai yang kedua setelah mengucapkan dua kalimah syahadat (syahadatain).

Rasullulah bersabda, “Islam dibangun atas lima pilar: bersaksi bahwa tiada tuhan selain Allah dan Muhammad adalah utusan Allah, menegakkan shalat, membayar zakat, berhajji ke ka’bah baitullah dan puasa di bulan Ramadlan.” (HR. Bukhari, No.8 dan HR. Muslim No.16).

Ketika ditanya Malaikat Jibril mengenai Islam, Rasullah saw. lagi-lagi menyebut shalat pada deretan yang kedua setelah syahadatain (HR. Muslim, No.8). Orang yang mengingkari salah satu dari rukun Islam, otomatis menjadi murtad (keluar dari Islam). Abu Bakar Ash Shidiq ra. ketika menjabat sebagai khalifah setelah Rasullulah Saw. wafat, pernah dihebohkan oleh sekelompok orang yang menolak zakat. Bagi Abu Bakar mereka telah murtad, maka wajib diperangi. Para sahabat bergerak memerangi mereka. Peristiwa itu terkenal dengan harbul murtaddin. Ini baru manolak zakat, apalagi menolak shalat.

Ketika menyebutkan ciri-ciri orang yang bertakwa pada awal surah Al-Baqarah, Allah menerangkan bahwa menegakkan ibadah shalat adalah ciri kedua setelah beriman kepada yang ghaib (Al-Baqarah: 3). Dari proses bagaimana ibadah shalat ini disyariatkan –lewat kejadian yang sangat agung dan kita kenal dengan peristiwa Isra’ Mi’raj– Rasulullah saw. tidak menerima melalui perantara Malaikat Jibril, melainkan Allah swt. langsung mengajarkannya. Dari sini tampak dengan jelas keagungan ibadah shalat. Bahwa shalat bukan masalah ijtihadi (baca: hasil kerangan otak manusia yang bisa ditambah dan diklurangi) melainkan masalah ta’abbudi (baca: harus diterima apa adanya dengan penuh keta’atan). Sekecil apapun yang akan kita lakukan dalam shalat harus sesuai dengan apa yang diajarkan Allah langsung kepada Rasul-Nya, dan yang diajarkan Rasulullah saw. kepada kita.

Bila dalam ibadah haji Rasulullah saw. bersabda, “Ambillah dariku cara melaksanakan manasik hajimu”, maka dalam shalat Rasullah bersabda, “shalatlah sebagaimana kamu melihat aku shalat”. Untuk menjelaskan bagaimana cara Rasullulah saw. melaksanakan shalat, paling tidak ada dua dimensi yang bisa diuraikan dalam pembahasan ini: dimensi ritual dan dimensi spiritual.

Dimensi Ritual Shalat

Dimensi ritual shalat adalah tata cara pelaksanaannya, termasuk di dalamnya berapa rakaat dan kapan waktu masing-masing shalat (shubuh, zhuhur, ashar, maghrib, isya’) yang harus ditegakkan. Dalam hal ini tidak ada seorang pun dari sahabat Rasulullah saw, apa lagi ulama, yang mencoba-coba berusaha merevisi atau menginovasi. Umpamanya yang empat rakaat dikurangi menjadi tiga, yang tiga ditambah menjadi lima, yang dua ditambah menjadi empat dan lain sebagainya.

Dalam segi waktu pun tidak ada seorang ulama yang berani menggeser. Katakanlah waktu shalat Zhuhur digeser ke waktu dhuha, waktu shalat Maghrib digeser ke Ashar dan sebagainya (perhatikan: An-Nisa’: 103). Artinya shalat seorang tidak dianggap sah bila dilakukan sebelum waktunya atau kurang dari jumlah rakakat yang telah ditentukan. Dalam konteks ini tentu tidak bisa beralasan dengan shalat qashar (memendekkan jumlah rakaat) atau jama’ taqdim dan ta’khir (menggabung dua shalat seperti dzhuhur dengan ashar: diawalkan atau diakhirkan) karena masing-masing dari cara ini ada nashnya (baca: tuntunan dari Alquran dan sunnah Rasullah saw.; An-Nisa’: 101), dan itupun tidak setiap saat, melainkan hanya pada waktu-waktu tertentu sesuai dengan kondisi yang tercantum dalam nash.

Apa yang dibaca dalam shalat juga tercakup dalam tata cara ini dan harus mengikuti tuntunan Rasulullah. Jadi tidak bisa membaca apa saja seenaknya. Bila Rasullulah memerintahkan agar kita harus shalat seperti beliau shalat, maka tidak ada alasan lagi bagi kita untuk menambah-nambah. Termasuk dalam hal menambah adalah membaca terjemahan secara terang-terangan dalam setiap bacaan yang dibaca dalam shalat. Karena sepanjang pengetahuan penulis tidak ada nash yang memerintahkan untuk juga membaca terjemahan bacaan dalam shalat, melainkan hanya perintah bahwa kita harus mengikuti Rasullulah secara ta’abbudi dalam melakukan shalat ini.

Mungkin seorang mengatakan, benar kita harus mengikuti Rasullulah, tapi bagaimana kalau kita tidak mengerti apa makna bacaan yang kita baca dalam shalat? Bukankah itu justru akan mengurangi nilai ibadah shalat itu sendiri? Dan kita hadir dalam shalat menjadi seperti burung beo, mengucapkan sesuatu tetapi tidak paham apa yang kita ucapkan?

Untuk mengerti bacaan dalam shalat, caranya tidak mesti dengan membaca terjemahannya ketika shalat, melainkan Anda bisa melakukannya di luar shalat. Sebab, tindakan membaca terjemahan dalam shalat seperti tindakan seorang pelajar yang menyontek jawaban dalam ruang ujian. Bila menyontek, jawaban merusak ujian pelajar.

Membaca terjemahan dalam shalat juga merusak shalat. Bila si pelajar beralasan bahwa ia tidak bisa menjawab kalau tidak nyontek, kita menjawab Anda salah mengapa tidak belajar sebelum masuk ke ruang ujian. Demikian juga bila seorang beralasan bahwa ia tidak mengerti kalau tidak membaca terjemahan dalam shalat, kita jawab, Anda salah mengapa Anda tidak belajar memahami bacaan tersebut di luar shalat. Mengapa Anda harus dengan mengorbankan shalat, demi memahami bacaan yang Anda baca dalam shalat? Wong itu bisa Anda lakukan di luar shalat.

Pentingnya mengikuti cara Rasullah bershalat, ternyata bukan hanya bisa dipahami dari hadits tersebut di atas, melainkan dalam teks-teks Alquran sangat nampak dengan jelas. Dari segi bahasa dan gaya ungkap Alquran selalu menggunakan “aqiimush shalaata” (tegakkankanlah shalat) atau “yuqiimunash sahalat” (menegakkan shalat). Menariknya, ungkapan seperti ini juga digunakan Rasullulah saw. Pada hadits mengenai pertemuannya dengan Malaikat Jibril, Rasullah bersabda: “watuqiimush shalata“ (HR. Muslim No.8) dan pada hadits mengenai pilar-pilar Islam bersabda: “waiqaamish shalati“. (HR. Bukahri No.8 dan HR. Muslim No.16)

Apa makna dari aqiimu atau yuqiimu di sini? Mengapa kok tidak langsung mengatakan shallu (bershalatlah) atau yushalluuna (mereka bershalat)? Para ahli tafsir bersepakat bahwa dalam kata aqiimu atau yuqiimuuna mengandung makna penegasan bahwa shalat itu harus ditegakkan secara sempurna: baik secara ritual dengan memenuhi syarat dan rukunnya, tanpa sedikitpun mengurangi atau menambah, maupun secara spiritual dengan melakukannya secara khusyuk seperti Rasulullah saw. melakukannya dengan penuh kekhusyukan. Masalah khusyu’ adalah pembahasan dimensi spiritual shalat yang akan kita bicarakan setelah ini.

Dimensi Spiritual Shalat

Mengikuti cara Rasulullah saw. shalat tidak cukup hanya dengan menyempurkan dimensi ritulanya saja, melainkan harus juga diikuti dengan menyempurnakan dimensi spritualnya. Ibarat jasad dengan ruh, memang seorang bisa hidup bila hanya memenuhi kebutuhan jasadnya, namun sungguh tidak sempurna bila ruhnya dibiarkan meronta-meronta tanpa dipenuhi kebutuhannya. Demikian juga shalat, memang secara fikih shalat Anda sah bila memenuhi syarat dan ruku’nya secara ritual, tapi apa makna shalat Anda bila tidak diikuti dengan kekhusyukan. Perihal kekhusyukan ini Alquran telah menjelaskan, “Dan mohonlah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan shalat, dan sesungguhnya shalat itu sangat berat kecuali bagi mereka yang khusyu.” (Al-Baqarah: 45)

Imam Ibn Katsir, ketika menafsirkan ayat ini, menyebutkan pendapat para ulama salaf mengenai makna khusyu’ dalam shalat: Mujahid mengatakan, itu suatu gambaran keimanan yang hakiki. Abul Aliyah menyebut, alkhasyi’in adalah orang yang dipenuhi rasa takut kepada Allah. Muqatil bin Hayyan berpendapat, alkhasyi’in itu orang yang penuh tawadhu’. Dhahhaq mengatakan, alkhasyi’en merupakan orang yang benar-benar tunduk penuh ketaatan dan ketakutan kepada Allah. (Ibn Katsir, Tafsirul Qur’anil azhim, Bairut, Darul fikr, 1986, vol. 1, h.133)

Dan pada dasarnya shalat –seperti yang digambarkan Ustadz Sayyid Quthub– adalah hubungan antara hamba dan Tuhannya yang dapat menguatkan hati, membekali keyakinan untuk menghadapi segala kenyataan yang harus dilalui. Rasulullah saw. –kata Sayyid- setiap kali menghadapi persoalan, selalu segara melaksanakan shalat. (Sayyid Quthub, fii zhilalil Qur’an, Bairut, Darusy syuruuq, 1985, vol. 1, h. 69)

Dalam hal ini tentu shalat yang dimaksud bukan sekedar shalat, melainkan shalat yang benar-benar ditegakkan secara sempurna: memenuhi syarat dan rukunnya, lebih dari itu penuh dengan kekhusyukan. Karena hanya shalat yang seperti inilah yang akan benar-benar memberikan ketenangan yang hakiki pada ruhani, dan benar- benar melahirkan sikap moral yang tinggi, seperti yang dinyatakan dalam Alquran: “dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar ”. (Al-Ankabut: 45)

Jelas, bahwa hanya shalat yang khusyu’ yang akan membimbing pelaksananya pada ketenangan dan kemuliaan perilaku. Oleh sebab itu para ulama terdahulu selalu mengajarkan bagimana kita menegakkan shalat dengan penuh kekhusyukan. Imam As-Samarqandi dalam bukunya tanbihul ghafiliin, menulis bab khusus dengan judul: Bab itmamush shalaati wal khusyu’u fiihaa (Bab menyempurkan dan khusyuk dalam shalat). Disebutkan dalam buku ini bahwa orang yang sembahyang banyak, tetapi orang yang menegakkan shalat secara sempurna sedikit. (As Samarqandi, Tanbihul ghafiliin, Bairut, Darul Kitab al’Araby, 2002, h. 293)

Imam As-Samarqandi benar. Kini kita menyaksikan orang-orang shalat di mana-mana. Tetapi, berapa dari mereka yang benar-benar menikmati buah shalatnya, menjaga diri dari perbuatan keji, perzinaan, korupsi dan lain sebagainya yang termasuk dalam kategori munkar.

Antara Ritual dan Spritual

Ketika Rasulullah saw. memerintahkan agar kita mengikuti shalat seperti yang beliau lakukan, itu maksudnya mengikuti secara sempurna: ritual dan spiritual. Ritual artinya menegakkan secara benar syarat dan rukunnya, spiritual artinya melaksanakannya dengan penuh keikhlsan, ketundukan dan kekhusyukan.

Kedua dimiensi itu adalah satu kesatuan tak terpisahkan. Satu dimensi hilang, maka shalat Anda tidak sempurna. Bila Anda hanya mengutamakan yang spiritual saja, dengan mengabaikan yang ritual (seperti tidak mengkuti cara-cara shalat Rasulluah secara benar, menambahkan atau mengurangi, atau meniggalkannya sema sekali) itu tidak sah. Dengan bahasa lain, shalat yang ditambah dengan menerjemahkan setiap bacaannya ke dalam bahasa Indonesia, itu bukan shalat yang dicontohkan Rasullah. Maka, itu tidak disebut shalat, apapun alasan dan tujuannya.

Sebaliknya, bila yang Anda utamakan hanya yang ritual saja dengan mengabaikan yang spiritual, boleh jadi shalat Anda sah secara fikih. Tetapi, tidak akan membawa dampak apa-apa pada diri Anda. Karena yang Anda ambil hanya gerakan shalatnya saja. Sementara ruhani shalat itu Anda campakkan begitu saja. Bahkan bila yang anda abaikan dari dimensi spiritual shalat itu adalah keikhlasan, akibatnya fatal. Shalat Anda menjadi tidak bernilai apa-apa di sisi-Nya. Na’udzubillahi mindzaalika. Wallahu A’lam bish shawab.

Tata Cara Sholat yang Benar

Kelebihan Sholat dibandingkan Meditasi


Bumi berputar ke pusat dirinya (Rotasi/Spin) dan bumi juga berputar mengelilingi matahari (Translasi). Rotasi adalah gerakan berputar internal yang berefek pada gerakan berputar eksternal (mengelilingi) yang disebut sebagai gerakan translasi. Tidak mungkin bumi akan bertranslasi jika bumi tidak berotasi, atau jika bumi bertranslasi tanpa berotasi maka yang terjadi adalah kehancuran-ketidak harmonisan.
Itu sebabnya gerakan internal jauh lebih penting daripada gerakan eksternal; melihat ke dalam jauh lebih penting dari pada melihat keluar; dan bergerak ke dalam jauh lebih penting dari pada sibuk bergerak keluar.
Salah satu cara Bergerak Ke Dalam yang populer dilakukan adalah Meditasi. Dan hari ini banyak umat Islam yang ikut-ikutan melakukan meditasi, padahal Sholat Khusyu jauh lebih dahsyat dibandingkan meditasi.
Sholat Khusyu (plus berjamaah bagi pria) adalah kunci kelestarian semesta. Meditasi itu biasanya tanpa gerakan, lalu diam menyelaraskan diri dengan alam. Sedangkan sholat itu bergerak dan berputar, maka alamlah yang menyelaraskan diri dengan orang-orang yang sholat. itu sebabnya, ketika tak ada lagi yang berputar (Sholat) maka bumi pun enggan berputar, maka terjadilah Hari Akhir.
Perhatikan gerakan berputar orang yang sedang sholat...
Maka sesungguhnya, ketika Anda sedang Sholat maka selain anda sedang mengundang Rahmat Allah yang utama maka Anda pun sedang mengundang alam semesta untuk melayani Anda. Itulah kekuatan pusaran rotasi orang yang sholatnya khusyu terlebih lagi plus berjamaah. Kekuatan pusarannya bisa mencapai 27 kali lipat dibandingkan dengan sholat sendirian.
Lihatlah angin yang berputar (Tornado), ia menyerap hampir semua yang berada di sekitarnya. Lihatlah pusaran air yang kuat, ia pun akan menyerap hampir semua yang ada di sekitarnya. Semakin kuat pusarannya/putarannya/rotasinya maka semakin banyak yang diundang ke dalam dirinya.
Nah, undanglah Allah dengan Sholat khusyu plus berjamaah dan undanglah dunia dengan washilah sholat khusyu karena Allah (bukan karena dunianya) plus berjamaah. Dengan sholat khusyu plus berjamaah, maka Anda tidak perlu lagi sibuk mengejar dunia sehingga merusak kekhusyuan sholat Anda, tapi bersiap dirilah untuk dilayani oleh dunia. insya Allah.
Wallahu alam

Analisa Doktrin Penebusan Dosa


<><><><><><><><><><><><><><>
Analisa Doktrin Penebusan Dosa
Oleh : Armansyah

<><><><><><><><><><><><><><>

Dengan Nama Allah yang Pengasih, Penyayang.
Assalamu’alaikum Warohmatullahi Wabarokatuh.
Semoga ahli Kitab mendapatkan petunjuk Allah kepada Islam.

‘Isa al-Masih merupakan Nabi terakhir yang diutus Allah kepada Bani Israel dalam teologi Islam, untuk kemudian hikmah kenabian atas Bani Israel pupus dan berganti kepada Bani Ismail melalui turunnya wahyu Allah untuk Muhammad al-Amin ditanah Mekkah al-Mukarromah sekitar 600 tahun sesudah dakwah al-Masih putera Maryam di Yerusalem.

Kalangan Kristen mengatakan bahwa ‘Isa al-Masih sudah tersalibkan dan mati untuk menebus dosa-dosa umat manusia yang disebabkan oleh Adam dan istrinya sewaktu mereka masih berada ditaman Eden pada mula penciptaan.

Adakah benar doktrin penebusan dosa oleh darah al-Masih ini ?

Apakah penyaliban yang digambarkan kepada ‘Isa putera Maryam adalah sesuatu hal yang logis dan bertujuan ataukah hanya sekedar rekayasa alias sandiwara ketuhanan yang diadakan oleh manusia ?

Untuk menjawab ini, ada baiknya jika kita mau dan sudi untuk melakukan pengkajian secara seksama melalui sumber-sumber dari dunia Kristen itu sendiri, yaitu The Bible (orang Kristen Indonesia biasa menyebutnya al-Kitab namun saya lebih menyukai ucapan “The Bible”.).

Dari The Bible kita buka kitab pertamanya yaitu kitab Genesis atau kitab Kejadian, didalamnya Genesis memberikan cerita bahwa pada mula pertama, ditaman Eden Allah telah menempatkan manusia pertama yang diberi nama Adam.

“And the Lord God formed man of the slime of the earth: and breathed into his face the breath of life, and man became a living soul. And the Lord God had planted a paradise of pleasure from the beginning: wherein he placed man whom he had formed.” (Genesis 2:7-8 from Bible Douay [http://www.cybercomm.net/~dcon/OT/genesis.html ]).

“And the Lord God took man, and put him into the paradise for pleasure, to dress it, and keep it. And he commanded him, saying: Of every tree of paradise thou shalt eat: But of the tree of knowledge of good and evil, thou shalt not eat. for in what day soever thou shalt eat of it, thou shalt die the death.”
(Genesis 2:15-17 dari sumber yang sama).

Disini diceritakan bahwa Allah telah memberikan peringatan kepada Adam agar tidak memakan buah dari pohon pengetahuan yang mengandung unsur kebaikan dan kejahatan yang berada didalam taman Eden, sebab pada hari manusia memakan buah tersebut, maka dia akan mati, demikian firman Allah kepada Adam.

Selanjutnya pada pasal ke-3, kitab Genesis memberikan gambaran bahwa istri dari Adam telah terbujuk oleh se-ekor ular untuk memakan buah dari pohon tersebut, disini sang ular menyibak kebohongan Allah.

Genesis :

Gen 3:1 Now the serpent was more subtle than any, beast of the field which the LORD God had made. And he said unto the woman, Yea, hath God said, Ye shall not eat of every, tree of the garden?

Gen 3:2 And the woman said unto the serpent, We may eat of the fruit, of the trees of the garden:

Gen 3:3 But of the fruit, of the tree which is in the midst of the garden, God hath said, Ye shall not eat of it, neither shall ye touch it, lest ye die.

Gen 3:4 And the serpent said unto the woman, Ye shall not surely die:

Gen 3:5 For God doth know that in the day ye eat thereof, then your eyes shall be opened, and ye shall be as gods, knowing good and evil.

Gen 3:6 And when the woman saw that the tree was good for food, and that it was pleasant to the eyes, and a tree to be desired to make one wise, she took of the fruit, thereof, and did eat, and gave also unto her husband with her; and he did eat.

Gen 3:7 And the eyes of them both were opened, and they knew that they were naked; and they sewed fig leaves together, and made themselves aprons.

Sebagaimana uraian kitab Kejadian diatas, Allah sebelumnya mengatakan bahwa jika manusia memakan buah dari pohon terlarang itu maka hari itu dia akan mati, tetapi sang ular berkata sebaliknya, jika manusia “nekad” memakannya maka manusia tidak akan mati namun malah menjadi pintar, mengetahui hal-hal yang baik dan hal-hal yang buruk seperti keadaan Allah.

Disini terjadi keanehan, bukankah pada Genesis 1 ayat 26 junto Genesis 1 ayat 31 dikatakan bahwa Allah telah menciptakan manusia dengan penuh kesempurnaan ?

Gen 1:26 And God said, Let us make man in our image, after our likeness

Gen 1:31 And God saw every thing that he had made, and, behold, it was very good

Bila Allah telah menciptakan manusia dengan penuh kesempurnaan menurut rupa Allah seperti ayat-ayat diatas, tentulah pada waktu itu juga manusia sudah mengenal sifat baik dan buruk. Hal ini terangkat dengan adanya ayat dari Kitab Kejadian yang berbunyi :

Gen 3:22 And the LORD God said, Behold, the man is become as one of us, to know good and evil: and now, lest he put forth his hand, and take also of the tree, of life, and eat, and live forever:

Jadi dari Kitab Kejadian pasal 3 ayat 22 diatas, Allah itu memiliki pengetahuan mengenai kebaikan dan keburukan, dan apabila Adam diciptakan menurut citra-Nya sebagaimana maksud Kitab Kejadian 1:26 dan Kitab Kejadian 1:31, tentulah unsur pengetahuan itu secara otomatis sudah berada pada diri Adam jauh sebelum Adam melakukan pelanggaran dengan memakan buah dari pohon pengetahuan itu sendiri sebab dia adalah gambaran Allah.

Pertanyaan yang timbul kemuka apabila doktrin kesempurnaan Adam sebelum dia melanggar tetap dipertahankan, ini berarti Allah sama sekali tidak memberikan kesempurnaan pada Adam. Kenapa ? Sebab Allah belum menciptakan dia secara lengkap dengan gambar-Nya yang asli dan ini berarti Allah telah berbohong didalam Bible ! Dan parahnya kebohongan Allah itu dibongkar oleh Iblis yang menyamar menjadi ular !

Pembahasan berikutnya adalah pernyataan Allah sendiri yang mengatakan akan mematikan manusia jika mereka nekad memakan buah terlarang tersebut. Apakah Allah sama sekali tidak mengetahui bahwa dengan diciptakan-Nya pohon larangan ini maka manusia yang juga ciptaan-Nya itu akan melanggar ? Apakah ini semacam jebakan dari Tuhan untuk manusia biar jatuh dalam dosa ? Lalu jika benar Allah tidak menginginkan manusia itu mati (baik mati hati maupun mati jasad), maka untuk apa Tuhan menciptakan pohon tersebut dan apa pula tujuan Tuhan menjadikan manusia kekal ? Apakah Tuhan sudah bosan dalam kesendirian-Nya sehingga merasa perlu untuk membuat Tuhan-tuhan lainnya ? (Tuhan disini dalam arti person-person yang juga memiliki sifat kekekalan). ; Lalu untuk apapula diciptakan-Nya Iblis yang jahat sementara Dia menginginkan manusia itu sendiri berada dalam kebaikan ?

Saya rasa pembahasan dari sisi The Bible justru mengantar kita untuk lebih berpikir kritis terhadap cerita yang ada didalamnya dan sekaligus untuk menentukan keabsahan cerita tersebut untuk bisa lebih diyakini selaku kitab suci dari Tuhan.

Cerita terus bergulir sampai pada kisah sepak terjang anak-anak keturunan Adam dibumi yang penuh dengan tema kesedihan, kebahagiaan, kemungkaran, kebatilan, kebenaran serta keadilan juga kehidupan dan kematian.

Sepanjang masanya, romansa kehidupan manusia didunia selalu diikuti dengan turunnya orang-orang pilihan Allah selaku Nabi dan Rasul-Nya demi mengangkat martabat manusia kepada jenjang yang lebih tinggi, kepada peradaban, pencerahan, kesejahteraan serta lain sebagainya sebagai langkah pengabdian diri kepada Allah yang Maha Esa.

Allah telah mengutus Nuh, Ibrahim, Ismail, Ishaq, Ya’kub, hingga terus kepada Musa dan sejumlah tokoh-tokoh surgawi lainnya demi menuntun manusia kepada jalan-Nya, indikasi ini sama sekali membuktikan bahwa Allah tidak pernah membuat jarak terhadap manusia pasca Adam, sebaliknya Allah telah memuliakan mereka dan tidak ada dendam antara Tuhan dengan manusia walau sebelumnya Adam telah melakukan pelanggaran atas perintah-Nya.

al-Masih, ‘Isa putera Maryam sendiri bersabda :

Mat 18:1 At the same time came the disciples unto Jesus, saying, Who is the greatest in the kingdom of heaven?

Mat 18:2 And Jesus called a little child unto him, and set him in the midst of them,

Mat 18:3 And said, Verily I say unto you, Except ye be converted, and become as little children, ye shall not enter into the kingdom of heaven.

Selaras dengan sabda sang Messias tersebut diatas, dalam kitab Nabi Musa yang bernama Ulangan dan juga kitab Yehezkiel didapati pula pernyataan :

Deu 24:16 The fathers shall not be put to death for the children, neither shall the children be put to death for the fathers: every man shall be put to death for his own sin.

Eze 18:20 The soul that sinneth, it shall die. The son shall not bear the iniquity of the father, neither shall the father bear the iniquity of the son: the righteousness of the righteous shall be upon him, and the wickedness of the wicked shall be upon him.

Ini adalah ungkapan yang jelas sekali dan sangat rasional, kesalahan yang dilakukan seorang manusia, tidaklah bisa dibebankan kepada manusia lainnya meskipun itu antara Bapak dan Anak, Adam dan keturunannya, karena masing-masing manusia harus menanggung apa yang telah mereka kerjakan masing-masing dalam kehidupannya, anak tidak akan disiksa karena bapaknya melanggar, begitupun sebaliknya. Inilah keadilan yang sejati.

Lalu kemudian jika munculnya ‘Isa al-Masih ditengah-tengah umat Bani Israel digambarkan sebagai sosok Allah yang menjelma dengan tubuh manusia demi menebus dosa semua manusia akibat pelanggaran Adam, maka sudah sewajarnya dipertanyakan kaitan doktrin ini dengan ayat-ayat tersebut diatas sebagai suatu asas keadilan.

Tidak akan pernah Allah menjadi plin-plan dalam bertindak, jelas bila ada pertentangan pemahaman, maka itu berasal dari pikiran manusia sendiri alias direkayasa sedemikian rupa sehingga menjadi berbenturan dengan hukum-hukum Allah.

Allah adalah Tuhan yang Maha Kuasa dan Maha Agung, untuk mengampuni dosa manusia, Dia tidak perlu untuk menjelmakan diri-Nya sebagai makhluk yang dimulai dengan 9 bulan lamanya dalam perut ciptaan-Nya sendiri. Tidak adakah tugas-tugas atau pekerjaan lain yang lebih berarti daripada Dia harus melakukan pekerjaan seperti itu ?

Jika kemudian ada penyebutan Bapak dan Anak, maka ini juga satu tanda tanya besar, bahwa Allah dikatakan menjelma maka Dia tidak bisa disebut Anak sebab mereka adalah satu, dan jika istilah Anak-Bapa tetap diterapkan maka berarti Allah bukan satu, sebab Allah sudah terbagi menjadi 2 bagian, Allah Bapa dan Allah anak yang berarti Allah itu bukan lagi Esa melainkan Poly (banyak), dan ini bertentangan dengan doktrin gereja serta banyak ayat-ayat Bible itu sendiri mengenai identitas Tuhan yang esa.

Lebih lanjut disebutkan bahwa semua manusia telah berdosa/berontak kepada Allah (Roma 3: 23). Upah dosa ialah MAUT/kematian selama-lamanya (Roma 6:23). Itu berarti hal keberdosaan manusia itu menyangkut nyawa. Dan tidak ada yang mampu selamat dari hukuman kematian itu selain yesus, demikian menurut klaim Kristen.


Dari sini kita dapati pemikiran baru yang sebenarnya bertentangan, bahwa manusia itu setelah Adam melanggar, dia dibebani oleh dosa waris sehingga manusia harus menanggung maut karena dosanya itu (maut sebagai upah dosa menurut Paulus).

Benarkah teori baru ini dan otentik-kah dengan pandangan The Bible sendiri ?
Ternyata pendapat ini sangat tidak bersesuaian dengan ayat-ayat Bible. Mati dan Hidup adalah satu sifat yang alamiah dan suatu kodrat bagi makhluk yang bernyawa.

Ecc 8:8 There is no man that hath power over the spirit to retain the spirit; neither hath he power in the day of death: and there is no discharge in that war; neither shall wickedness deliver those that are given to it.


Allah tidak pernah menginginkan untuk menciptakan manusia dalam keabadian, begitupun makhluk-makhluk yang lainnya, sebab dengan demikian akan mengingkari sifat alpha dan omega dari Tuhan itu sendiri bahwa hanya Allah yang kekal dan abadi

Jer 10:10 But the LORD is the true God, he is the living God, and an everlasting king: at his wrath the earth shall tremble, and the nations shall not be able to abide his indignation.

Isa 42:8 I am the LORD: that is my name: and my glory will I not give to another, neither my praise to graven images.

Rev 1:8 I am Alpha and Omega, the beginning and the ending, saith the Lord, which is, and which was, and which is to come, the Almighty.

Rev 21:6 And he said unto me, It is done. I am Alpha and Omega, the beginning and the end. I will give unto him that is athirst of the fountain of the water of life freely.

Rev 22:13 I am Alpha and Omega, the beginning and the end, the first and the last.

Karenanya, Allah menciptakan kehidupan makhluk menuruti kehendak-Nya dan Dia juga yang menentukan waktu bagi makhluk tersebut untuk mengakhiri aktivitasnya melalui kematian. Ini bukan satu upah dari dosa tetapi suatu kewajaran alamiah.

Hal ini juga sangat bersesuaian sekali dengan pemaparan Bible pada ayatnya yang lain dalam satu kilas balik menuju Kitab Genesis 3:22.

Gen 3:22 And the LORD God said, Behold, the man is become as one of us, to know good and evil: and now, lest he put forth his hand, and take also of the tree, of life, and eat, and live forever:

Terlepas dari kontekstual teks yang mungkin bisa berkembang menjadi satu perdiskusian baru namun yang jelas pada ayat diatas, Allah tidak menginginkan kekekalan ataupun juga keabadian terjadi pada diri manusia karena itu Allah mewanti-wanti (jika tidak ingin dikatakan cemas) agar jangan sampai manusia akhirnya mengambil pohon kehidupan sehingga bisa hidup immortal.

Dengan demikian maka apa yang dinyatakan dengan tersalibnya ‘Isa al-Masih untuk menebus dosa manusia warisan Adam agar mereka bisa hidup abadi adalah tidak memiliki kesinambungan dengan apa yang digambarkan oleh The Bible sendiri, karena itu doktrin ini hanyalah sandiwara yang dipaksakan, khususnya oleh Paulus sebagai orang pertama pencetus ajaran yang menyimpang dari hukum para Nabi Allah.

Paulus juga terbukti sudah meruntuhkan hukum Taurat yang diberikan kepada Nabi Musa dan tidak pernah dibatalkan oleh ‘Isa anak Maryam sendiri.

Akhir kata, seluruh Hidayah itu hanya berasal dari Allah, manusia cuma bisa berencana namun Allah adalah sebagai penentu akhir, semoga dengan sekian banyaknya perdiskusian agama antara Islam-Kristen yang telah terjadi bisa semakin menambah khasanah pengetahuan umat Islam khususnya yang dibarengi dengan semakin kokohnya kepercayaan kepada Allah dan Rasul-Nya.


Bagaimana menurut versi Islam sendiri tentang keberadaan manusia, dosa dan maut ?

Awal penjadian homo sapiens bernama Adam :

“Ketika Tuhan-mu berkata kepada Malaikat: “Sesungguhnya Aku hendak jadikan seorang khalifah dibumi !”. Mereka bertanya: “Apakah Engkau mau menjadikan padanya makhluk yang akan membuat bencana padanya dan akan menumpahkan darah, padahal kami bertasbih dengan memuji Engkau dan memuliakan Engkau ?” Dia menjawab: “Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui !”. -Qs. al-Baqarah 2:30

“Hai Adam ! tinggallah engkau dan istrimu di Jannah serta makanlah oleh kamu berdua apa-apa yang disukai, tetapi janganlah kamu mendekati Syajaratu, karena kamu akan termasuk golongan mereka yang zhalim”. -Qs. 7 al-A’raaf :19

Point utama disini :

# Adam dijadikan oleh Allah MEMANG untuk menjadi khalifah dibumi ( tujuan awal sudah ditetapkan )
# Dan sementara itu Adam tinggal di jannah/kebun yang subur disebuah tempat (entah itu disalah satu planet atau juga salah satu lokasi dibumi kita ini)


Berikutnya :

“Dan ingatlah, ketika Kami memerintah kepada malaikat: “Sujudlah kepada Adam !”, lalu mereka sujud kecuali iblis. Dia adalah dari golongan jin, maka ia durhaka kepada perintah Tuhannya !” -Qs. 18 al-Kahfi :50

Selanjutnya Iblis berkata :

Kemudian akan aku datangi mereka dari muka dan dari belakang mereka, dari kanan dan dari kiri mereka. Dan Engkau (wahai Allah) tidak akan mendapati kebanyakan mereka bersyukur. -Qs. 7 al-A’raaf :17

(Allah berfirman :) Maka bujuklah siapa yang kamu sanggupi di antara mereka dengan ajakanmu, dan perlihatkanlah terhadap mereka pasukanmu yang berkendaraan dan yang berjalan kaki dan bekerjasamalah dengan mereka pada harta dan anak-anaknya dan beri janjilah mereka… -Qs. 17 al-Israa : 64

“Dan demikianlah Kami jadikan bagi setiap Nabi itu musuh, setan-setan /dari/ manusia dan jin, sebahagian mereka membisikkan kebohongan kepada sebahagian yang lain sebagai tipu daya.” -Qs. 6 al-An’aam :112

Sesungguhnya hamba-hamba-Ku tidak ada kekuasaan bagimu terhadap mereka, kecuali orang-orang yang mengikutimu, yaitu orang-orang yang sesat. -Qs. 15 al-Hijr : 42

Wahai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam secara totalitas, dan jangan kamu ikuti langkah-langkah setan. Sesungguhnya setan itu musuh yang nyata bagimu. -Qs. 2 al-Baqarah: 208

“Lalu keduanya digelincirkan oleh syaitan dari Jannah itu dan dikeluarkan dari keadaan semula dan Kami berfirman: “Turunlah kamu ! Sebahagian kamu menjadi musuh bagi yang lain, dan bagi kamu ada tempat kediaman di bumi, dan kelengkapan hidup sampai waktu yang ditentukan”. -Qs. 2 al-Baqarah :36

“Kemudian Tuhannya memilihnya maka Dia menerima taubatnya dan memberinya petunjuk. Allah berfirman:Turunlah kamu berdua dari Jannah bersama-sama, sebagian kamu menjadi musuh sebahagian yang lain. Maka jika datang kepadamu petunjuk daripada-Ku, lalu barangsiapa yang mengikuti petunjuk-Ku, ia tidak akan sesat dan ia tidak akan celaka.” -Qs. 20 Thahaa :122-123

Point utama disini :

# Iblis membuat perjanjian dengan Allah untuk menjadi oposisi dan rival manusia dengan segala caranya

# Allah mempersilahkan dengan catatan-catatan-Nya sendiri

# MOU antara Allah dan Iblis disepakati

# Iblis berhasil membuat Adam dan istrinya melanggar perintah Allah dengan sebab dan akibatnya sendiri

# Allah menerima taubat Adam, tidak ada jarak maupun dendam antara Allah dengan manusia
# Adam dan istrinya dipindahkan atau diturunkan dari Jannah itu menuju kedunia sebagaimana yang sudah dikehendaki oleh Allah semula dalam tujuan awal, perpindahan ini sekali lagi bukan atas dasar dendam atau berjarak, namun karena memang begitulah tujuan awal penciptaan Adam selaku homo sapiens

# Jika memang mau dilihat dari sisi kepecundangan, maka bukan Allah yang dipecundangi oleh Iblis (sebagaimana tertera dalam Bible) tetapi justru Allah-lah yang mempecundangi Iblis karena melalui dirinyalah rencana Allah bisa berjalan secara sunnatullah (kausalitas -sebab dan akibat) atas diri Adam tanpa harus ada pemaksaan kehendak

Demikianlah secara singkat perjanjian antara Allah dan Iblis pada suatu waktu dimasa yang lalu menyangkut langkah penyesatan Iblis yang sombong atas diri manusia berikut tantangan balik dari Allah agar Iblis benar-benar mengerahkan segala daya kemampuan dan strateginya untuk itu sekaligus disisi lain, Allah menjamin untuk orang-orang yang beriman kedalam penjagaan-Nya.

Dan perjanjian tersebut diatas selanjutnya menjadi titik awal dari pertempuran sengit antara manusia sebagai khalifah Allah melawan Iblis dan kaki tangannya dalam semua dimensi, semua situasi, semua cara dan semua masa.

Berkata iblis: Wahai Tuhanku,maka beri tangguhlah kepadaku sampai hari kebangkitan. -Qs. 15 al-Hijr :36

Allah berfirman: Maka sesungguhnya kamu termasuk orang-orang yang diberi kesempatan. -Qs. 15 al-Hijr : 37

Sesuai janjinya, maka tidak ada celah yang disisakan oleh Iblis untuk menjerumuskan hamba-hamba Allah yang berusaha untuk berperilaku benar dijalan Tuhan agar masuk kedalam perangkap setaniahnya.; Seiring perputaran waktu dan peradaban, selama itupula propaganda-propaganda dari sang Iblis itu senantiasa mewarnai perjalanan hidup manusia.

Ada kalanya manusia dibayangi oleh rasa kesombongan tersebab dirinya yang serba berkecukupan, hartanya berlimpah, anak-anak yang tampan dan cantik, status sosialnya yang tinggi dimana semua orang menunduk berjalan dihadapannya, tetapi adakalanya juga manusia dibayangi oleh rasa ketakutan terhadap sesuatu yang sebenarnya tidak harus terjadi, ketakutan akan turunnya jabatan, hilangnya harta benda, meninggalnya orang-orang yang disayangi, ketakutan terhadap sebuah mitos maupun hal-hal takhayul yang beredar dimasyarakat, takut akan hal-hal buruk yang bisa terjadi, takut panen gagal dan sebagainya.

Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang bersabar -Qs. 2 al-Baqarah: 155

Manusia juga seperti janji Iblis, akan dibuai oleh fatamorgana yang menyesatkan, dimana sesuatu yang sebenarnya buruk akan tampak baik dan mulia, kita bisa saksikan bersama-sama sekarang ini umpamanya dimana wanita yang berbaju terbuka, bergoyang pantat dimuka penonton, mendesah-desah lirih dalam tayangan iklan produk tertentu ditelevisi justru dianggap wanita yang terhormat, ikut trend, terkenal, dibayar mahal dan pelarangan atas hal-hal demikian akan dianggap sebagai pelanggaran hak asasi yang harus dikecam bahkan kalau perlu disikapi secara frontal sampai kepada peperangan.

Dilihat dari sisi tujuan penciptaan manusia melalui perbandingan cerita antara al-Qur’anul karim dengan The Bible … jelas cerita al-Qur’an-lah yang paling realible dan rasional, ada makna dan tujuan yang jelas sejak awalnya bukan malah menjadi ajang sandiwara ketuhanan apalagi tanpa tujuan yang jelas.

Tentang dosa, bagaimana menurut al-Qur’an ?

Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang tetap dalam kekafiran, dan selalu berbuat dosa. -Qs. 2 al-Baqarah: 276

Dan tolong-menolonglah kamu dalam kebajikan dan taqwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. -Qs. al-Ma’idah 5:2

Barangsiapa yang kafir maka dia sendirilah yang menanggung kekafirannya itu; dan barangsiapa yang beramal saleh maka untuk diri mereka sendirilah mereka menyiapkan (maqamnya disisi Allah) -Qs. 30 ar-Ruum :44

Katakanlah: “Kamu tidak akan ditanya (bertanggung jawab) tentang dosa yang kami perbuat dan kami tidak akan ditanya (pula) tentang apa yang kamu perbuat”. -Qs. 34 Sabaa’ :25

Tentang maut, bagaimana menurut al-Qur’an ?

Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. -Qs. 3 ali Imran : 185

Dialah yang menciptakan kamu dari tanah, sesudah itu ditentukan ajal(mu) -Qs. 6 al-An’am 6:2

Tiap-tiap umat mempunyai ajal. Apabila telah datang ajal mereka, maka mereka tidak dapat mengundurkannya barang sesaatpun dan tidak (pula) mendahulukan(nya). -Qs. 10 Yuunus :49

Akhirnya, kebenaran Allah sajalah yang menang dan bisa diterima dengan lapang dada dan rasional … batillah hal-hal selain kebenaran ilahiah.

Pendistribusian ulang tulisan ini dibebaskan untuk kepentingan dan kemaslahatan Islam dengan tetap mencantumkan sumber aslinya untuk mempermudah rujukan bagi yang memerlukan.


Semua rujukan ayat-ayat The Bible secara online bisa dicek langsung kealamat www.e-sword.net pada modul KJVA dan KJV+


Wassalamu’alaykum Wr. Wb.,

Armansyah

Waktu dan Modernitas

Bacalah dengan nama Tuhanmu Yang menciptakan, Dia ciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah karena Tuhanmu itu sangat mulia Yang mengajar dengan Qalam. Dia mengajar manusia apa yang mereka tidak tahu (QS AL-Alaq (96) : 1 s/d 5)

Perintah berpikir adalah perintah Allah dalam al-Qur’an, salah satunya silahkan lihat kembali akhir surah Yuunus ayat 5 : “Liqowmi ya’lamun” yang artinya, “Dia menjelaskan ayat-ayatNya bagi kaum yang mau mengetahui”. Ayat tersebut berlaku secara menyeluruh tanpa terkecuali, entah itu dalam aspek kehidupan beragama maupun bermasyarakat. Akal diberikan oleh Allah untuk berpikir, membedakan mana yang salah dan mana yang benar. Tanpa akal, manusia tidak lebih dari sekedar hewan yang tidak pernah memikirkan benar salah tindakannya bahkan mungkin jauh lebih sesat daripada itu. Allah telah mengutus para Nabi dan Rasul kedunia untuk memberikan petunjuk kepada manusia agar memilih jalan kebenaran, dan petunjuk Allah itu hanya bisa diterima oleh orang-orang yang mau untuk berpikir tentang hakikat kebenaran sejati.

Dan berpikir yang benar didalam penerimaan tersebut adalah berpikir yang tidak hanya merenung atau asal-asalan, namun berusaha untuk mengerti, mempelajari, menyelidiki, memahami serta mengamalkan dan alat untuk itu semua adalah akal. Menisbikan peranan akal pikiran untuk menggapai keimanan sama sekali tidak layak kita terapkan, sebab hal ini akan menyamakan kedudukan kita dengan para penyembah berhala yang tidak pernah mau tahu tentang benar salahnya keimanan mereka, yang jelas mereka harus menerima dan yakin. Jika sudah begini untuk apa wahyu diturunkan ? Untuk apa para Nabi dan Rasul diutus ? Untuk apa Tuhan menciptakan manusia ? Untuk apa Tuhan melimpahkan akal ? serta untuk apa Tuhan menjadikan kebenaran dan kebatilan ?

Ditetapkannya suatu keputusan kepada keimanan berdasarkan kepuasan (kemantapan) akal. Artinya, keimanan tidak berarti mematikan akal, bahkan Islam menyuruh akal untuk beramal pada bidangnya sehingga mendukung kekuatan iman. Ibnu Taimiyah bahkan pernah mengatakan, “Sesuatu yang diketahui dengan jelas oleh akal, sulit dibayangkan akan bartentangan dengan syariat sama sekali. Bahkan dalil naqli yang shahih tidak akan bertentangan dengan akal yang lurus, sama sekali. Kita tahu bahwa para Rasul tidak memberikan kabar dengan sesuatu yang mustahil menurut akal” (Dar’u Ta’arrudhil ‘Aql wan Naql, 1/155, 138)

Senada dengan Ibnu Taimiyah, Allamah Thabathabai, seorang filosof kontemporer terkemuka dari kalangan Ahli Bait berkata, “Adalah salah satu bentuk kezaliman dan kesesatan apabila kita memisahkan antara ajaran suci agama-agama dan filsafat transenden. Apakah agama bukan kumpulan dari makrifat-makrifat Ilahi, akhlak, dan hukum-hukum? Apakah para Nabi dan Rasul tidak diperintahkan oleh Tuhan untuk mengajak, mendidik, dan mengantarkan manusia kepada hakikat kebahagiaan dan kesempurnaan hakiki ? Apakah kebahagiaan dan kesempurnaan manusia tidak terletak pada pengajaran suci agama dan pemberian akal kepada manusia oleh Tuhan untuk menyingkap berbagai rahasia-rahasia alam, mencapai puncak kesempurnaan makrifat atas hakikat-hakikat eksistensi, dan menjalani kehidupan yang seimbang serta menjauhi segala bentuk penyikapan yang ekstrim atas dimensi-dimensi kehidupan di dunia? Apakah manusia dapat menggapai pemahaman makrifat dan ilmu tanpa menggunakan argumentasi rasional, dalil akal, dan kontemplasi yang mana merupakan substansi dan hakikat manusia? Bagaimana dapat dikatakan bahwa ajaran agama Ilahi mengajak manusia menentang fitrah dan hakikat wujudnya sendiri serta menyeru manusia untuk menerima segala perkara tanpa dalil akal dan argumentasi rasional ? “

Akal secara bahasa berasal dari mashdar Ya’qilu, ‘Aqala, ‘Aqlaa, jika dia menahan dan memegang erat apa yang dia ketahui. Ibnu Taimiyah berkata, “Defenisi akal sebagai menahan, mengekang, menjaga dan semacamnya adalah lawan dari kata melepas, membiarkan, menelantarkan, dan semacamnya. Keduanya nampak pada jisim yang nampak untuk jisim yang nampak, dan terdapat pada hati untuk ilmu batin, maka akal adalah menahan dan memegang erat ilmu, yang mengharuskan untuk mengikutinya. Karena inilah maka lafadz akal dimuthlakkan pada berakal dengan ilmu.”

Keimanan kita didalam agama harusnya menjadi sumber motivasi dan pemicu yang kuat untuk mendorong seseorang melakukan penelitian dan pengkajian yang mendalam terhadap ajaran-ajaran doktrinal agama, lebih jauh, keimanan sebagai sumber inspirasi lahirnya berbagai ilmu dan pengetahuan.

Kesempurnaan iman dan kedalaman pengahayatan keagamaan seseorang adalah berbanding lurus dengan pemahaman rasionalnya terhadap ajaran-ajaran agama. Mengikuti al-Qur’an dan as-Sunnah dalam kaitannya berjalan diatas manhaj salaf as-Shalih sama sekali tidak membuat kita menolak cara-cara baru yang lebih memiliki nilai kebaikan dan kepastian ilmu untuk menyelami maksud-maksud nash keagamaan. Manusia membutuhkan rasionalisasi dalam semua aspek kehidupannya, termasuk dalam doktrin-doktrin keimanannya, karena akal dan rasio adalah hakikat dan substansi manusia, keduanya mustahil dapat dipisahkan dari wujud manusia, bahkan manusia menjadi manusia karena akal dan rasio. Tolak ukur kesempurnaan manusia adalah akal dan pemahaman rasional. Akal merupakan hakikat manusia dan karenanya agama diturunkan kepada umat manusia untuk menyempurnakan hakikat dirinya.

Dengan demikian maka kalau keputusan orang-orang yang menyatakan metode hisab

atau rukyat bil’ilmi itu haram dan tercela sebagai hujjah penentu awal bulan baru bagi penanggalan Hijriyah khususnya lagi dalam kaitannya penentuan tanggal 1 Ramadhan dan 1 Syawal, maka mereka seharusnya tidak pula setuju dan ikut dalam hal penetapan waktu sholat setiap harinya, ataupun penentuan waktu imsak dibulan Ramadhan. Mengapa dalam urusan menetapkan permulaan puasa dan hari raya kita berkeras harus melihat wujud bulan secara lahiriah dengan mata kepala ? Sementara diluarnya kita justru mengandalkan penglihatan berdasarkan ilmu?

Pada jaman kehidupan Nabi Muhammad Saw, oleh beliau orang diberi pimpinan bahwa waktu dzuhur adalah ketika kedudukan matahari telah tergelincir (sehingga telah membentuk bayangan) dan waktu ashar adalah ketika panjangan bayangan sama dengan panjang benda, dan demikian seterusnya sampai Ashar, waktu maghrib, semuanya dengan ukuran melihat matahari.

Pada waktu Isya diarahkan kepada para sahabat agar melihat hilangnya tanda merah ditepi langit hingga tengah malam begitupun pada waktu subuh orang supaya melihat terbit fajar sampai hampir terbit matahari.

Dari Jabir bin Abdullah meriwayatkan ” Malaikat Jibril datang kepada Nabi Saw lalu berkata: “Marilah sholat”. Lalu ia melakukan solat dzuhur di waktu matahari telah condong (tergelincir). Kemudian Jibril datang kepada Nabi di waktu Asar lalu berkata: “Marilah sholat”. Lalu ia solat Asar di waktu bayangan tiap-tiap sesuatu jadi sama panjangnya dengan keadaan dirinya. Kemudian Jibril datang kepada Nabi Saw di waktu maghrib lalu berkata: ” Marilah Sholat” lalu ia solat Maghrib di waktu matahari telah masuk (terbenam). Kemudian Jibril datang kepada Nabi Saw di waktu Isya lalu berkata: “Marilah Sholat”. Lalu ia sholat Isya lalu berkata; ” Marilah sholat”. Lalu ia sholat Isya di waktu telah hilang tanda merah – di tempat matahari terbenam. Kemudian Jibril datang kepada Nabi Saw di waktu fajar lalu berkata: “Marilah sholat” Lalu ia sholat Fajar (subuh) di waktu fajar telah terbit. Kemudian Jibril datang kepada

Nabi Saw pada esok harinya lagi di waktu dzuhur lalu berkata: “Marilah solat”. Lalu ia solat dzuhur, di waktu bayangan tiap-tiap sesuatu itu jadi sama panjangnya dengan keadaan dirinya. Kemudian Jibril datang kepada Nabi Saw di waktu Asar lalu berkata: “Marilah sholat”. Lalu ia sholat di waktu Asar, di waktu bayangan tiap-tiap sesuatu itu jadi dua kali panjang daripada dirinya. Kemudian Jibril datang kepada Nabi Saw di waktu maghrib yang sama waktunya dengan kemarin, lalu ia sholat maghrib. Kemudian jibril datang kepada Nabi Saw di waktu Isya, sehabis tengah malam, lalu berkata: “marilah sholat”. Lalu ia sholat Isya. Kemudian Jibril datang kepada Nabi pada waktu telah terang cuaca (sebelum terbit matahari). Lalu berkata: “Marilah sholat”. Lalu ia sholat fajar. Kemudian Jibril berkata: Antara dua waktu itulah waktu bagi tiap-tiap sholat.” (HR. Ahmad, Tarmizi, Nasa’I, Ibnu Hibban dan Hakim)

Klik untuk melihat lebih detil

Ilustrasi gambar kedudukan Matahari dalam kaitan waktu sholat

Demikian juga menyangkut berbuka puasa pada setiap harinya, orang diberi tuntunan supaya melihat tanda tenggelamnya matahari, dan waktu imsak sehabis makan sahur orang supaya melihat terbitnya fajar sebagaimana dinyatakan dengan jelas didalam al-Qur’an pada surah Al-Baqarah ayat 187, “Wakuluu wa(i)syrabuu hattaa yatabayyana lakumu (a)lkhaythu (a)l-abyadhu mina (a)lkhaythi (a)l-aswadi mina (a)lfajri … dan makan minumlah hingga terang bagimu benang putih dari benang hitam, yaitu fajar”.

Nyatanya, dijaman kita sekarang ini hampir bisa dipastikan bila semua orang Islam telah menunaikan sholatnya tidak lagi melihat kedudukan matahari begitupun mengakhiri waktu sahurnya berdasarkan jadwal yang telah ada dan dicetak melalui brosur, surat kabar, papan pengumuman dan lain sebagainya yang semua itu merupakan hasil perhisaban. Mari bersama ini, penulis mengajak setiap diri, khususnya yang mengharamkan hisab agar melakukan introspeksi. Masihkah diri kita mengikuti tuntunan Allah dan Nabi seperti yang kita sampaikan itu ? Orang dijaman sekarang sudah lebih banyak mengikuti keputusan atau penetapan ahli hisab dimana mereka mengatur ketentuan waktu sholat, waktu berbuka dan berimsak setiap hari melalui jam, jadwal, program komputer semacam “shollu” dan sebagainya. Oleh karena itu, jika diantara kita masih banyak yang bersikeras bahwa penetapan untuk awal puasa dan awal syawal harus dengan ru’yat bil fi’li alias melihat visual bulan secara langsung, maka penulis mengusulkan hendaknya mereka dalam mengerjakan

sholat yang lima waktu setiap hari atau berbuka puasa dan berimsak harus benar-benar melihat matahari dan sebagainya sebagaimana diterangkan sebelumnya sebagai hal yang dicontohkan dan diperintahkan oleh Nabi. Ini agar kita tidak pincang dalam berpikir dan konsisten dengan apa yang dipermasalahkan.

Siapapun boleh-boleh saja mengikuti pendapatnya Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz atau juga Ibnu Taimiyah yang menurutnya mereka semua menolak dan mencela metode hisab karena beranggapan itu melanggar sunnah. Tidak ada paksaan dalam ajaran agama kita, tetapi harus disadari bila kedepannya kemungkinan besar akan terus beginilah kondisi yang ada diumat Islam ini. Kita tidak akan pernah menemukan kata sepakat dalam penentuan awal bulan baru, khususnya lagi untuk penetapan awal bulan Ramadhan dan awal bulan Syawal. Bagi Penulis, hidup ini berproses, dari yang tadinya kita adalah seorang bayi kemudian berkembang menjadi batita lalu ke balita terus anak-anak, remaja, dewasa dan tua. Artinya peradaban dan cara berpikirpun harusnya demikian, modernitas bukan berarti mengubah atau melakukan pelanggaran terhadap sunnah, modernitas harusnya diartikan sebagai mengaktualkan as-sunnah itu sendiri demi tercapainya kemaslahatan yang lebih baik dari sebelumnya, apalagi nyata-nyata dalam hadis yang berkaitan dengan perhitungan perjalanan bulan pada topik kita ini memiliki indikasi kuat dari Nabi akan terbukanya metode lain dalam hal penentuan awal Ramadhan dan awal Syawal bila syarat-syaratnya sudah tercukupi. Bagaimanapun, eksistensi dari Nabi Muhammad tidak mungkin lepas dari sifat kemanusiaannya yang terikat oleh waktu dan kondisi serta kontektualitas sosiologisnya.

Menangkal Pemurtadan

Menangkal Pemurtadan
Oleh Armansyah

“Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepada engkau sebelum kamu mengikuti “millah” mereka. Katakanlah:”Sesungguhnya petunjuk Allah itulah petunjuk”. Dan sesungguhnya jika kamu mengikuti kemauan mereka setelah pengetahuan datang kepadamu, maka Allah tidak lagi menjadi pelindung dan penolong bagimu.”
(Qs. al-Baqarah 2:120)

Adalah bukan satu rahasia lagi ditengah-tengah umat Islam sekarang dilancarkan misi Kristenisasi, yaitu misi pemurtadan umat Islam untuk beralih kepada ajaran Nasrani dengan berbagai kedok dan caranya.

Sebagai orang yang mengaku beragama Islam, sampai sejauh manakah perhatian kita terhadap permasalahan ini ? Sudahkah kita berbuat sesuatu yang berarti bagi agama Allah ? Adakah tindakan nyata kita didalam bersyiar melawan rongrongan pihak Nasrani melalui misi Kristenisasinya ? Adakah kita memiliki rasa kepedulian manakala mendengar dan bahkan melihat sendiri bagaimana sekian banyaknya saudara-saudari kita telah berhasil merubah keyakinan Islam mereka kepada Kristen ?

Allah didalam al-Qur’an telah memerintahkan kepada kita selaku kaum yang beriman untuk memberikan bimbingan kepada orang-orang non-Islam itu agar mereka mau mengikrarkan diri dan hati mereka secara lurus kepada agama Allah.

“Dan hadapkanlah mukamu kepada agama itu dengan ikhlas; dan janganlah engkau termasuk orang yang musryik.”
(Qs. Yunus 10:105)

“Maka hadapkanlah dirimu dengan lurus kepada agama ini atas fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah, ialah agama yang lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.”
(Qs. ar-Rum 30:30)

Beragam cara yang dilakukan oleh pihak Nasrani untuk menarik umat Islam menjadi pengikut mereka, dari acara yang berkedok diskusi agama, sosial kemasyarakatan, selebaran, perkawinan, komik, pemutar balikan ayat-ayat al-Qur’an, sekolah, media iklan, film, kebutuhan pokok manusia seperti sabun mandi, logo kesehatan, majalah, koran, pengobatan dan sebagainya.

Bagaimana kita akan menghadapi semua ini untuk menyelamatkan anak cucu dan keturunan kita dari jalan yang salah dan sesat ?

Al-Hamdulillah dibidang perdebatan antar agama telah bermunculan pakar-pakar Islam yang menguasai ilmu Kristologi yang di-iringi dengan ilmu pengetahuan lainnya seperti almarhum Ahmad Deedat, Dr. Zakir Naik, Abdullah Wasi’an, Masyhud SM, Abu Deedat, Aris Hardinanto, dan lain-lainnya.

Dibidang sosial kemasyarakatan, pihak gereja senantiasa memberikan santunan kepada kaum fakir miskin dan dhuafa serta korban-korban bencana alam yang sedang menderita dengan mengadakan tuntunan pendekatan kepada Kristus. Pamflet, Brosur sampai kepada alkitab mereka bagikan secara cuma-cuma.

Disini kita perlu untuk semakin mengkiatkan rasa kesosialan umat Islam dalam wadah-wadah keagamaan semacam posko-posko peduli umat yang telah tersedia dan memberikan bimbingan kepada orang-orang yang fakir miskin, dhuafa serta korban bencana alam itu agar bersabar dan tawakkal kepada Allah dengan berdo’a dan ibadah.

Pemurtadan umat Islam juga dilakukan disekolah-sekolah Kristen dengan memaksakan sang anak yang Muslim untuk mengikuti acara-acara keagamaan mereka dan tidak jarang memberikan “bekal” berupa alkitab sebagai bahan bacaan.

Cara penanggulangan yang paling tepat adalah tidak memasukkan anak-anak kita yang Muslim kesekolah-sekolah Kristen betapapun bagus dan baiknya kualitas sekolah tersebut, masih banyak sekolah-sekolah yang dikelola oleh pihak Islam yang bonafid, baik dan berkualitas tinggi. Apalagi saat ini sudah ada yang namanya TKIT-SDIT (IT=Islam Terpadu) sampai pada Ma’had IT (Perguruan Tinggi).

Bagi yang sudah terlanjur memasukkan mereka kesana dan sudah sangat tanggung untuk memindahkan mereka, maka adakan terus pendekatan kepada sang anak, berikan bimbingan rohani kepadanya, selalulah bercerita mengenai sosok Nabi ‘Isa al-Masih dalam al-Qur’an dengan berbagai gayanya sehingga dapat menanamkan pada diri sang anak mengenai hakikat kebenaran yang sejati.

Sesekali berikan sekelumit penerangan mengenai ilmu perbandingan agama antara Islam dan Kristen, jangan terlalu sering mencekoki sang anak dengan aturan-aturan ritual keibadahan yang dapat menghantarkannya kepada kebosanan maupun rasa pengekangan yang justru membuat sang anak lebih memandang baik pada kebebasan yang ditawarkan oleh agama lain.

Perbanyak koleksi buku-buku perbandingan agama atau kristologi, seperti misalnya Rekonstruksi Sejarah Isa Al-Masih atau Jejak Nabi Palsu.

Kita pun sering menemukan selebaran yang mengatasnamakan PO.BOX tertentu yang isinya memutarbalikkan ayat-ayat al-Qur’an mengenai pribadi Nabi ‘Isa al-Masih dan konsep ke-Tuhanan, apabila anda menemukannya dalam jumlah yang besar, maka boronglah semua dan hancurkan untuk menghindari hal-hal yang tidak di-inginkan, setidaknya disekitar lingkungan kita berada dan tentunya dengan cara yang halus dan bijak.

Kristenisasi dalam bentuk komik-pun sekarang ini bisa kita jumpai, komik-komik tersebut seringkali memakai nama ‘Isa al-Masih dan tidak jarang pula memakai judul-judul berbau Islami untuk mengelabui anak-anak Islam, biasanya lagi komik-komik semacam ini diberikan secara cuma-cuma atau gratis dan umumnya lagi diletakkan dipertokoan serta daerah-daerah strategis bagi umat Islam dan generasinya.

Ada 2 cara untuk menanggulanginya secara tepat, cara pertama, berusaha semampunya untuk menghilangkan komik-komik gratis itu disekitar lingkungan kita yang notabene Islam dan tempat-tempat anak-anak Muslim bermain, caranya terserah anda, apakah dengan menyuruh 5 orang anak yang berbeda mengambil komik itu dalam jumlah tertentu untuk diserahkan kepada anda atau yang lainnya sehingga tindakan anda ini tidak mengundang kecurigaan pihak yang bersangkutan untuk menghindari keributan atau hal-hal yang tidak di-inginkan lainnya.

Cara kedua adalah dengan mencetak komik-komik tandingan yang Islami dengan tokoh sentral Nabi ‘Isa al-Masih, Nabi Musa dan Nabi Muhammad Saw (3 in 1), tapi ini perlu dana yang cukup besar, khusus untuk penamaan tokoh ‘Isa al-Masih bisa kita berikan nama aliasnya yaitu Jesus. Hal ini untuk memberikan daya tarik bagi anak-anak yang tadinya telah keburu membaca komik-komik Kristen.

Dalam hal film, jika anda memang pencandu VCD tentu tidak akan pernah melewatkan kata-kata “Jesus Christ” yang hampir selalu diucapkan oleh tokoh-tokoh yang bermain disana, juga hampir disetiap film pasti kita temukan kalung salib, nuansa gereja dan hal-hal lainnya yang secara tidak langsung memberikan showing kearah kiblat kaum Nasrani.

Film-film sejenis Stigmata-nya Mark Adair Rios, End of Days-nya Arnold Schwazenegger atau The Third Miracle yang dibintangi oleh Ed Harris adalah film-film yang memang membawa misi Kristenisasi (walaupun misalnya dalam film Stigmata dikemukakan mengenai Injil Thomas – satu dari sekian banyaknya Injil Apokripa).

Apabila film-film sejenis ini ditonton oleh anak-anak yang masih belum terlalu mengerti mengenai agama, maka dampingilah mereka atau ingatkan mereka bahwa apa ada dalam film tersebut tidak sesuai dengan keyakinan Islam, hal ini mungkin bisa memancing pertanyaan dari sang anak, nah kesempatan itulah harus anda pergunakan dalam memberikan siraman rohani dan perbandingan agama kepada mereka.

Kita semua pasti hafal logo dari kesehatan, yaitu lambang salib berwarna merah.
Tahukah anda kenapa lambang kesehatan memakai symbol salib ?
Nabi ‘Isa al-Masih dalam teologi Nasrani adalah tokoh Tuhan yang mampu membawa kesembuhan dan kehidupan bagi manusia, isyu kebangkitan ‘Isa al-Masih pada hari ketiga kematiannya diatas kayu salib merupakan symbol sejati agama Nasrani akan kekuasaan ‘Isa al-Masih terhadap maut dan ini dijadikan lambang keselamatan atau kesehatan.

Saya salut dan bangga dengan beberapa Rumah Sakit Islam yang ada, baik di Indonesia ataupun diluar negri yang mengganti lambang kesehatan berupa salib itu dengan gambar lain.

Misi lainnya yang juga sekarang sedang cukup digalakkan oleh pihak gereja adalah penyembuhan dengan kekuatan tenaga dalam, biasanya terdiri dari beberapa orang pendeta yang mempromosikan “grand opening” penyembuhan segala penyakit dengan bantuan terapi kekuatan Roh Kudus dan atas nama Jesus sembari membawa beberapa ayat-ayat alkitab.

Bagi umat Islam, tidak ada hal yang aneh dengan show seperti ini, semuanya terjadi secara alamiah dengan sifat Rahman dari Allah Azza Wajalla, anda bahkan lebih dari bisa untuk membuktikan betapa dengan bantuan dzikir kepada Allah dan bertauhid hanya kepada-Nya secara Kaffah yang dilambari dengan beberapa ilmu pernapasan, bisa menyembuhkan seseorang dari jarak jauh ataupun menjatuhkan musuh tanpa harus menyentuhnya dan sebagainya dan seterusnya.

Tidak perlu umat Islam datang meminta bantuan kepada pihak gereja untuk mengatasi sakitnya, datanglah langsung kepada Allah, lakukan sholat, mohonlah kesembuhan dari-Nya, lalu lakukan usaha secara maksimal, baik itu dengan pergi kedokter, mendatangi “ulama-ulama” yang “pintar” atau juga memasuki perguruan Tenaga Dalam yang benar-benar bersih dari virus akidah.

Cara Kristenisasi yang juga memiliki kadar tinggi adalah melalui perkawinan, seorang pria Kristen menjalin hubungan dengan wanita Muslimah, karena ingin menikah sang pria masuk Islam, dan setelah menikah bahkan hingga punya anak, sang suami tiba-tba kembali keagamanya semula dan memberikan ancaman kepada keluarganya untuk ikut keyakinannya atau memilih bubar.

Ini yang mesti diwaspadai oleh wanita-wanita Islam maupun juga laki-laki Muslim, sebaiknyalah agar menjauhi untuk merajut hubungan cinta dengan orang yang tidak seagama dengan kita, masalah wajah tampan atau cantik manis bukan monopoli sekelompok orang atau agama, banyak gadis-gadis Muslimah yang cantik rupawan, pria Muslim yang gagah dan tampan yang bisa menjadi pendamping hidup.

Cinta bukan segalanya, kita terkadang sering buta mata hati hanya karena paras seseorang tanpa perduli urusan lainnya, untuk itu juga makanya Rasul memberikan wanti-wanti kepada umatnya agar didalam memilih jodoh lebih dahulu harus mengedepankan Agama-nya, karena urusan yang satu ini menyangkut masa depan dunia dan akhirat, apabila kita salah memilih pasangan yang agamanya tidak beres, maka alamat gara-gara pasangan kita ini justru yang akan membenamkan diri kita kedasar api neraka, Naudzubillah.

Semoga Allah melindungi kita dari kekafiran sesudah beriman.

“Yang demikian itu adalah karena bahwa sesungguhnya mereka telah beriman, kemudian menjadi kafir (lagi) lalu hati mereka dikunci mati; karena itu mereka tidak dapat mengerti.”
(Qs.al-Munaafiqun 63:3)

“Ya Tuhan kami, Janganlah Engkau goyahkan hati kami setelah kami mendapat petunjuk,
berilah kami rahmat Engkau yang Maha Pemberi”
(Qs. ali Imran 3:8)

Demikianlah kiranya beberapa masukan dari saya yang mungkin dapat direnungkan bagi kita semua didalam menghadapi bahaya Kristenisasi ditengah umat Islam.

Mungkin beberapa point dari masukan diatas cukup “keras”, akan tetapi semuanya demi kebaikan kita, keluarga kita dan juga saudara-saudari seiman seakidah seluruhnya. Saya yakin kita semuanya yang ada dimilis ini adalah orang-orang yang berpendidikan tinggi atau paling tidak bisa membedakan mana yang haq dan mana yang batil.

Tentunya kita tidak bisa bertindak secara kasar dalam menghadapi bahaya pemurtadan secara halus ini kecuali memang terbukti adanya penyerangan secara phisik kepada umat Islam baru kita lawan pula secara phisik, melakukan Jihad karena Allah.

Karena pihak musuh memainkan strategi maka kita juga harus mempergunakan strategi, bila kita menghadapi cara-cara halus dengan permainan yang kasar, niscaya kita akan celaka dan mengundang kerusuhan massal yang merugikan kedua belah pihak.

“Panggillah kepada jalan Tuhan dengan hikmah dan pengajaran yang baik dan bertukar pikiranlah dengan mereka menurut cara yang sebaik-baiknya. Sesungguhnya Tuhanmu lebih tahu siapa yang sesat dari jalan-Nya dan Dia lebih tahu orang-orang yang menempuh jalan yang benar.”
(QS. An-Nahl 16:125)

Sebagai tambahan, bagi yang memiliki keahlian, sudah saatnya kita menerapkan keahlian kita untuk syiar agama, seorang programmer mungkin bisa membuat suatu program yang Islami yang bisa didistribusikan secara Freeware (misalnya seperti pembuatan PC-BLKM , seorang web-designer mungkin bisa membangun suatu Homepage yang berisikan informasi ke-Islaman (misalnya seperti http://arsiparmansyah.wordpress.com ), seorang penulis menulis buku-buku kristologi (seperti misalnya buku Rekonstruksi Sejarah Isa Al-Masih, Jejak Nabi Palsu, Ramalan Imam Mahdi), pelukis, penyanyi atau sejenisnya mungkin pula bisa mengapresiasikan keseniannya itu kearah pembangunan Islam.

Yakinlah, Ilmu kita akan lebih berarti dan mendapat Ridho Allah apabila kita bisa berbuat baik kepada orang lain dijalan-Nya.

Bukankah pada saatnya nanti kita akan ditanya oleh Allah, sudahkah ilmu dan keahlian yang kita miliki selama hidup dan berkarya didunia untuk Allah ?

Semoga Allah mengampuni kita, Amin.

Sabtu, 14 Mei 2011

TIPS MENGURANGI RASA MALAS


Rasanya banyak diantara kita yang punya “penyakit” suka menunda-nunda pekerjaan. Termasuk saya juga,heheheheheh. Penyakit ini, yang sebetulnya adalah kebiasaan, seringkali disebabkan karena kita malas mengerjakan sesuatu. Malas bangun dari tempat tidur, malas pergi olahraga, malas menyelesaikan tugas kantor, dll.

Menurut penelitian, kebiasaan malas merupakan penyakit mental yang timbul karena kita takut menghadapi konsekuensi masa depan. Yang dimaksud dengan masa depan ini bukan hanya satu atau dua tahun kedepan tetapi satu atau dua menit dari sekarang. Kita harsu mempunyai motivasi diri. Contohnya saja ketika Anda malas dari bangun, Anda akan berkata dalam hati: “Satu menit lagi saya akan bangun”, tetapi kenyataannya barangkali Anda akan berlama-lama di tempat tidur sampai akhirnya memang waktunya tiba untuk siap-siap pergi ke kantor.

Kebiasaan malas timbul karena kita cenderung mengaitkan masa depan dengan persepsi negatif. Anda menunda-nunda pekerjaan karena cenderung membayangkan setumpuk tugas yang harus dilakukan di kantor. Belum lagi berhubungan dengan orang-orang yang Anda tidak sukai, misalnya. Jadi harus ada motivasi diri / pengembangan diri lebih lanjut.

Berikut beberapa tips:

Ganti “Kapan Selesainya” dengan “Saya Mulai Sekarang”

Apabila Anda dihadapkan pada satu tugas besar atau proyek, Anda sebaiknya JANGAN berpikir mengenai rumitnya tugas tersebut dan membayangkan kapan bisa diselesaikan. Sebaliknya, fokuslah pada pikiran positif dengan membagi tugas besar tersebut menjadi bagian-bagian yang lebih kecil dan menyelesaikannya satu demi satu.

Katakan setiap kali Anda bekerja: “Saya mulai sekarang”.
Cara pandang ini akan menghindarkan Anda dari perasaan terbebani, stress, dan kesulitan. Anda membuat sederhana tugas didepan Anda dengan bertindak positif. Fokus Anda hanya pada satu hal pada satu waktu, bukan banyak hal pada saat yang sama. Ada yang melakukan manajemen diri dengan psychotronica (Metode Pelatihan Singkat Mengelola & Memanfaatkan Inner Power Manusia untuk Aktualisasi Kepemimpinan Diri).

Ganti “Saya Harus” dengan “Saya Ingin”

Berpikir bahwa Anda harus mengerjakan sesuatu secara otomatis akan mengundang perasaan terbebani dan Anda menjadi malas mengerjakannya. Anda akan mencari seribu alasan untuk menghindari tugas tersebut.

Satu tip yang bisa Anda gunakan adalah mengganti “saya harus mengerjakannya” dengan “saya ingin mengerjakannya”. Cara pikir seperti ini akan menghilangkan mental blok dengan menerima bahwa Anda tidak harus melakukan pekerjaan yang Anda tidak mau. Perlu adanya manajemen diri yang baik.

Setiap manusia adalah pemimpin, jadi kita harus melakukan manajemen kepemimpinan agar motivasi kepemimpinan kita membawa ke arah lebih baik. Anda mau mengerjakan tugas karena memang Anda ingin mengerjakannya, bukan karena paksaan pihak lain. Anda selalu punya pilihan dalam kehidupan ini. Tentunya pilihan Anda sebaiknya dibuat dengan sadar dan tidak merugikan orang lain. Intinya adalah tidak ada seorang pun di dunia ini yang memaksa Anda melakukan apa saja yang Anda tidak mau lakukan.

Anda Bukan Manusia Sempurna

Berpikir bahwa Anda harus menyelesaikan pekerjaan sesempurna mungkin akan membawa Anda dalam kondisi mental tertekan. Akibatnya Anda mungkin akan malas memulainya. Anda harus bisa menerima bahwa Anda pun bisa berbuat salah dan tidak semua harus sempurna. Rencanakanlah/kita harus melakukan manajemen diri agar lebih baik daripada sebelumnya.

Dalam konteks pekerjaan, Anda punya kesempatan untuk melakukan perbaikan berulang kali. Anda selalu bisa negosiasi dengan boss Anda untuk meminta waktu tambahan dengan alasan yang masuk akal. Kita harus melakukan evaluasi manajemen kepemimpinan. Ingat setiap orang adalah pemimpin. Mulai pekerjaan dari hal yang kecil dan sederhana, kemudian tingkatkan seiring dengan waktu. Berpikir bahwa pekerjaan harus diselesaikan secara sempurna akan membuat Anda memandang pekerjaan tersebut dari hal yang besar dan rumit.