Cari Blog Ini

Jumat, 18 Juni 2010

The power of subconscious mind,

Begitu banyak pembahasan mengenai kekuatan alam bawah sadar atau pikiran bawah sadar selama ini. Begitu banyak juga motivator dan trainer yang mengajarkan bagaimana cara untuk membangkitkan kekuatan tersebut yang pada umumnya dilakukan melalui dua metode yaitu autosuggestion dan visualization. Subconscious mind ini kemudian menjadi sebuah mantra sakti untuk mewujudkan mimpi-mimpi kita. Dreams come true.
Bahkan dalam sebuah pelatihan motivasi yang pernah saya ikuti, sang trainer mengilustrasikan bahwa kesuksesan beliau salah satunya disebabkan oleh keajaiban pikiran bawah sadar. Beliau pernah sangat menginginkan untuk melanjutkan pendidikan pasca sarjananya ke Oxford . Sebagai stimulusnya setiap hari beliau berimajinasi membayangkan seolah-olah beliau bersama keluarganya sedang bermain-main di salah satu taman kota di lingkungan Oxford . Sedemikian kuatnya imajinasi tersebut, beliau sudah bisa merasakan benar-benar berada di sana. Menghirup udaranya yang dingin, belajar di salah satu ruangannya, dan juga belajar di perpustakaannya.
Salah satu trainer yang saya kenal juga menggunakan metode visualization untuk membuktikan kekuatan pikiran bawah sadar tersebut. Pada akhir proses visualization, beliau menggunakan anchoring untuk "mengikat" mimpi tersebut sehingga menjadi lebih definitif dan lebih mudah untuk mewujud.
Memang benar, kemampuan manusia sesungguhnya diluar yang bisa kita bayangkan dalam batasan rasionalitas manusia sendiri. Banyak kemampuan manusia yang belum digali dan dimanfaatkan untuk mengejar masa depan yang lebih cerah. Akan tetapi benarkah subconscious mind power an sich ini memang menjadi mantra sakti untuk mewujudkan mimpi-mimpi kita? Bukankah setiap kejadian di alam semesta ini harus memperoleh ijin terlebih dulu dari kekuatan Maha Besar yang meliputi segala sesuatu? Karena meskipun proses visualizationnya berhasil dan sangat kuat, apabila Allah tidak mengijinkan hal itu terjadi, apakah masih bisa mewujud?
Saya akan menceritakan pengalaman salah satu sahabat yang (secara tidak sengaja) menggunakan kekuatan pikiran bawah sadar dalam rangka mewujudkan salah satu mimpinya.
Sebut saja namanya Eko. Dia bercita-cita untuk bisa melanjutkan sekolah S2-nya ke salah satu negara di Eropa dengan beasiswa dari salah satu lembaga beasiswa internasional. Semua persyaratan sudah dia penuhi, tidak ada satu item-pun yang berada di bawah standar. Eko sendiri percaya sepenuhnya bahwa apabila kemudahan-kemudahan akan selalu disediakan oleh Allah apabila kita percaya kepada kekuasaan-Nya.
Eko bercerita bahwa kemudahan itu bahkan sudah dia rasakan sejak melakukan tes Internet-based TOEFL di Surabaya. Di saat lembaga kursus lain seperti EF dan IALF menmberikan harga private course rata-rata di atas 15 juta untuk kursus TOEFL selama 3 bulan (semakin singkat waktu kursus semakin tinggi biayanya), maka Eko menemukan sebuah lembaga kursus TOEFL preparation yang cukup murah yaitu hanya 5 juta selama 2 minggu. Instrukturnya juga ternyata adalah anggota majelis pengajian yang selama ini diikuti oleh Eko, sehingga proses kursus tersebut menjadi sangat cair dan lancar.
Saat tes pun juga dia merasa dimudahkan karena biasanya penyelenggaran Internet-based TOEFL dilakukan di satu ruangan dengan peserta 5 – 10 orang. Saat tahapan speaking (setelah reading dan listening namun sebelum writing skills), meskipun memakai head set, tentunya setiap peserta akan mendengar percakapan rekan disebelahnya. Bahkan mungkin saja ruangan tersebut akan menjadi sangat crowded. Kemungkinan besar situasi tersebut akan mengganggu konsentrasi peserta lainnya sehingga tidak akan bisa mencapai nilai maksimal. Banyaknya peserta tes juga berpengaruh terhadap lambat atau cepatnya koneksi internet dengan ETS. Nah saat itu ternyata jadwal tes Eko hanya diikuti oleh dia sendiri, sehingga dia bisa konsentrasi penuh pada setiap tahapan tes Internet-based TOEFL tanpa terganggu oleh speaking peserta lainnya. Koneksi internet dengan dengan ETS-pun juga sangat lancar. Benar-benar anugerah dari Allah menurut Eko.
Saat hasil tes diumumkan, score yang diperoleh Eko juga jauh diluar dugaan. Score TOEFL yang dipersyaratkan oleh universitas adalah 80 (setara dengan TOEFL 213 Computer-Based atau 554 Pencil & Paper-based) . Namun score internet-based TOEFL yang diperoleh Eko adalah 92. Menurut pengakuan Eko, dia sampai menangis sendiri melihat score yang diperolehnya itu. Benar-benar membuktikan bahwa Allah sangat bermurah hati kepada dia, kata Eko.
Selama proses pengiriman aplikasi beasiswa, Eko merasa sangat dekat dengan negara yang dia tuju. Seperti trainer saya yang saya ceritakan di atas, Eko juga bisa merasakan bahwa dia sudah tidak lagi berada di Indonesia. Dia merasa sudah berada di sana, sudah mulai menuntut ilmu di universitas yang dia inginkan. Tubuh dan hatinya sudah terasa sangat ringan, sehingga dia bisa merasakan proses perpindahan dirinya dari Indonesia ke Eropa. Bahkan visualisasi tersebut sampai masuk ke dalam mimpi-mimpi dalam tidurnya.
Namun ternyata aplikasi beasiswa Eko ditolak sehingga dia tidak jadi berangkat ke Eropa. Wah, kok bisa, tanya saya dalam hati.
Saya terheran-heran mendengarkan cerita Eko ini. Proses yang dia lakukan sama seperti trainer saya. Visualisasi yang Eko lakukan juga sama persis dengan trainer saya. Tapi hasil akhirnya berbeda jauh. Saya bertanya-tanya dalam hati, mengapa kekuatan pikiran bawah sadar Eko tidak bekerja pada dia layaknya kekuatan pikiran bawah sadar trainer saya tersebut. Apakah proses visualisasi Eko tidak sempurna? Apakah mungkin masih ada perasaan ragu dalam hati dia sehingga menyebabkan proses anchoring itu menjadi terganggu dan akhirnya gagal.
Saat saya konfirmasi, Eko menjelaskan bahwa meskipun tidak secara sengaja dia lakukan, namun visualisasi itu sudah dipenuhi dengan perasaan positif. Tidak ada sama sekali perasaan negatif yang memasuki pikiran dan hati dia. Nah lho, kemudian apa yang menyebabkan kegagalan Eko untuk berangkat ke Eropa?
Eko selanjutnya menjelaskan bahwa apapun hasilnya, dia percaya sepenuhnya ini adalah yang terbaik bagi dia. Dia tidak mau pusing-pusing mempertanyakan kembali kegagalan itu. Tidak ada satupun kejadian di alam semesta ini yang tidak memiliki tujuan, kata Eko. Kegagalan dia untuk berangkat ke Eropapun juga pasti mempunyai tujuan, dan dia percaya bahwa pasti itu adalah tujuan yang jauh lebih baik.
Pada akhirnya, cerita Eko tersebut membawa saya pada satu kesimpulan bahwa kekuatan pikiran bawah sadar ada hanya dan hanya jika Allah menghendaki kekuatan itu untuk ada. Sekuat apapun dan dengan cara apapun manusia berusaha untuk mewujudkan mimpi-mimpinya, selama Allah belum mengijinkan itu terjadi, maka mimpi-mimpi tidak akan terwujud. Akan tetapi, apabila Allah sudah berkehendak, dalam kondisi hati dan pikiran manusia seperti apapun, secara sadar diinginkan ataupun tidak, maka mimpi kita akan terwujud tanpa ada yang mampu menghalanginya.
"Janganlah pengabulan do’a yang tertunda, sementara kamu merasa telah bersungguh-sungguh dalam memohon kepada Allah Swt, memutuskan harapanmu. Karena Allah SWT menjamin akan mengabulkan do’amu dalam bentuk yang Dia kehendaki untukmu, bukan dalam bentuk yang kamu kehendaki. Do’amu itu akan dikabulkan pada waktu yang Dia tentukan, bukan pada waktu yang kamu tentukan.” (Al Hikam – Ibnu Atha’illah Asy Syakandari)
Banyuwangi, 15 Mei 2009
Aziz Fajar Ariwibowo

2 komentar: